Sifat Fisik dan Akhlak Rasulullah

rasulullah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain daripada yang lain karena kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlaknya, yang tidak cukup hanya digambarkan lewat kata-kata. Akibatnya, semua hati pasti akan mengagungkan dan menyanjungnya, dengan sanjungan yang tidak pernah diberikan kepada selainnya. Orang-orang yang pernah hidup berdekatan dengannya pasti akan mencintainya, tidak peduli apa pun yang bakal menimpa mereka. Hal ini terjadi karena memang kesempurnaan diri beliau yang tidak pernah dimiliki siapa pun. Berikut ini akan kami paparkan ringkasan beberapa riwayat yang menejlaskan keindahan dan kesempurnaan fisiknya yang tentunya penjelasan ini pun masih sangat terbatas.

Keindahan Fisik Rasulullah

Ummu Ma’bad Al-Khuzaiyah pernah berkata tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia menggambarkan beberapa sifat beliau di hadapan suaminya, saat beliau lewat di kemahnya dalam perjalanan hijrah ke Madinah, “Dia sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, tidak merasa berat karena gemuk, tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, elok dan tampan, bagian hitam matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, tidak mengobral bicara, lehernya panjang, matanya jelita, memakai celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung., rambutnya hitam, jika diam dia tampat berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang yang paling elok dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat, bicaranya manis, rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan merjan yang tertata rapi dan landai, perawakannya sedang-sedang, mata yang memandangnya tidak lolos karena perawakannya yang pendek dan tidak sebal karena perawakannya yang tinggi (badannya), seakan satu dahan di antara dua dahan, dia adalah seorang dari tiga orang yang menarik perhatian, paling bagus tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya, jika beliau berbiacara mereka menyimak perkataannya, jika beliau memberikan perintah, mereka bersegera melaksanakan perintahnya, dia orang yang ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, wajahnya tidak membereggut dan tidak pula orang yang diremehkan.”

Ali bin Abi Thalib juga berkata menyifati diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang berperawakan sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya sedikit bulan (oval), bola matanya sangat hitam, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan, telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun (cepat), jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paing mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandanganya tentu segan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.” Kemudian dia berbicara lagi, “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya.”

Dalam sebuah riwayat darinya disebutkan, “Kepalanya besar, tulang-tulang sendirnya besar, bulu matanya panjang, jika berjalan seperti sedang berjalan di jalanan yang menurun.”

Jabir bin Samurah berkata, “Mulutnya besar, matanya lebar dan tidak banyak tumpukkan dagingnya.”

Abu Thufail berkata, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri dan perawakannya sedang-sedang (tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi dan tidak pendek)”

Anas bin Malik berkata, “Kedua telapak tangannya lebar.” Dia juga berkata, “Warna kulitnya elok, tidak putih sopak dan tidak terlalu coklat, kuat kepalanya, di kepala atau jenggotnya hanya dua puluh helai uban,

Dia juga berkata, “Ada beberapa helai uban di pelipisnya.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Di kepalanya beberapa helai uban yang berpencar-pencar.”

Abu Juhaifah berkata, “Kulihat uban di bawah bibirnya yang bawah, yang disebut al-anfaqah.”

Abdullah bin Bisri berkata, “Di bawah bibirnya yang bawah ada beberapa helai uban.”

Al-Barra berkata, “Perawakannya sedang, dua bahunya bidang, memiliki rambut mencapai daun telinga. Kulihat beliau mengenakan jubah warna merah, tidak pernah kulihat yang sebagus itu.”

Al-Barra berkata, “Beliau adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling bagus akhlaknya.”

Al-Barra pernah ditanya, “Apakah wajah beliau seperti pedang?” Dia menjawab, “Tidak, tetapi wajah beliau seperti rembulan. Dalam suatu riwayat disebutkan, “Wajahnya bulat.”

Ar-Rubayyi bin Mu’awwidz berkata, “Saat melihat beliau seakan-akan aku sedang melihat matahari yang sedang terbit.”

Jabir bin Samurah berkata, “Aku pernah melihat beliau pada suatu malam yang cerah tanpa ada mendung. Kupandangi Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ganti kupandang rembulan. Ternyata menurut penglihatanku beliau lebih indah daripada rembulan.”

Abu Hurairah berkata, “Tidak pernah kulihat sesuatu lebih bagus daripada diri Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekan-akan matahari berjalan di wajahnya dan tidak pernah kuliat seseorang yang jalannya lebih cepat daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seakan-akan tanah menjadi landai bagi beliau. Kami sudah berusaha mencurahkan kekuatan, tetapi seakan-akan beliau tidak peduli.”

Ka’ab bin Malik berkata, “Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau, seakan-akan wajah beliau adalah sepotong rembulan.”

Saat sedang berada di dekat Aisyah, beliau berkeringat, hingga membuat raut muka beliau berkilau. Kemudian hal ini digambarkan Abu Kabir Al-Hudzali dalam syairnya.

“Jika kulihat raut mukanya ada kilauan yang memancar di sana.”

Setiap kali Abu Bakar melihat beliau, maka dia berkata, “Yang terpercaya dan pilihan, kepada kebaikan dia menyeru. Seperti bulan purnama yang mengenyahkan kegelapan.”

Jika sedang marah, muka beliau memerah, seakan-akan kedua tulang pipinya terbelah buah delima.

Jabir bin Samurah berkata, “Kedua lengannya halus dan lembut, jika tertawa hanya tersenyum, dan setiap kali aku memandangnya, maka kukatakan, “Dua mata yang bercelak, tetapi tidak layaknya celak.”

Ibnu Abbas berkata, “Ada celah di antara gigi-gigi serinya. Jika sedang berbicara, terlihat ada semacam cahaya yang memancar dari gigi-gigi seri itu.”

Leher beliau seperti leher boneka yang terbaut dari perak yang mengkilat, mulutnya indah dan lebar, jenggotnya lebat, keningnya lebar, hidungnya indah, kedua pipinya lembut dan empuk, dari leher depannya hingga ke pusarnya melajur seperti tongkat, hanya di dada dan perutnya yang ada bulunya, lengan dan betisnya juga ada rambutnya, perut dan dada sama-sama bidang, pergelangan tangannya panjang, telapak tangannya lebar, bentuk tulang lengan dan betisnya bagus, telapak kakinya yang tengah melengkung, anggota-anggota badannya panjang, jika badannya condong, maka condongnya itu kuat, langkah-langkah kaki itu lebar dan berjalan dengan tenang.

Anas berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku tidak pernah mencium suatu aroma minyak kesturi atau bau apapun yang lebih harum daripada aroma dan bau (keringat) Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Abu Juhaifah berkata, “Aku pernah memegang tangan beliau lalu kutempelkan di wajahku. Ternyata tangan beliau lebih dingin daripada es dan lebih harum daripada aroma minyak kesturi.”

Jabir bin Samurah berkata, selagi dia masih kecil, “Beliau pernah mengusap pipiku. Kurasakan tangannya benar-benar dingin dan harum, seakan-akan beliau baru mengeluarkannya dari tempat penyimpanan minyak wangi.”

Anas berkata, “Butir-butir keringatnya seperti mutiara.” Ummu Salamah juga berkata, “Keringatnya lebih harum daripada minyak wangi.”

Jabir berkata, “Beliau tidak melewati jalan lalu seseorang membuntutinya melainkan dia bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman bau keringatnya.”

Di antara kedua bahunya ada tanda nubuwah seperti telur burung merpati.

Kesempurnaan Jiwa dan Kemuliaan Akhlak

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain daripada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya, yang selalu disampaikan pada kesempatan yang paling tepat dan di tempat yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih kata-katanya, jelas pengucapan dan maknanya, mengkhususkan pada penekanan-penekanan hukum, mengetahui logat-logat bangsa Arab, berbicara dengan kafilah bangsa Arab menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menurut bahasa masing-masing, ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun pada dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara orang bicara orang yang sudah beradab, berkat kekuatan datang dari Ilahi dan dilantarkan lewat wahyu.

Beliau adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan ketika memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Ini semua merupakan sifat-sifat yang diajarkan Allah.

Orang yang murah hati bisa saja tergelincir dan terperosok. Tetapi sekian banyak gangguan yang tertuju kepada beliau justru menambah kesabaran beliau. Tingkah pola orang-orang bodoh yang berlebih-lebihan justru menambah kemurahan hati beliau. Aisyah berkata, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus memilih di antara dua perkara, tentu beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya, selagi itu bukan dosa. Jika suatu dosa, maka beliaulah orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu beliau membalas karena Allah. Beliau adalah orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridha.”

Di antara sifat kemurahan hati dan kedermawanan beliau yang sulit digambarkan bahwa beliau memberikan apa pun dan tidak takut menjadi miskin. Ibnu Abbas berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau paling menonjol adalah pada bulan Ramadhan saat dihampiri Jibril beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan Alquran kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang paling murah hati untuk hal-hal yang baik lebih hebat.”

Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, “Tidak.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kebenaran, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur dan tidak terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya. Beliau adalah orang yang paling pemberani mendatangi tempat-tempat yang paling sulit. Berapa banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan beliau. Beliau adalah orang yang tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur serta tidak gentar. Siapa pun orang pemberani tentu akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”

Anas berkata, “Suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh sebuah suara. Lalu orang-orang semburat menuju ke sumber suara tersebut. Mereka bertemu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah kembali dari sumber suara tersebut. Beliau lebih dahulu datang ke sana daripada mereka. Saat itu beliau menunggang kuda milik Abu Thalhah dan di leher beliau ada pedang. Beliau bersabda, “Kalian tidak usah gentar. Kalian tidak usah gentar!”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling malu dan suka menundukkan mata. Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya.”

Beliau tidak pernah lama memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit, pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang membuatnya malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau dengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau bertanya, “Mengapa orang-orang itu berbuat begitu?” Beliau memang pas seperti yang dikatakan Al-Farazdaq dalam syairnya,

“Menunduk karena malu dan menunduk karena enggan tiada berbiacara dengan seseorang kecuali saat tersenyum.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya, dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat dan bahkan musuh beliau pun mengakui hal ini. Sebelum nubuwah beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang dipercaya). Sebelum Islam dan pada masa Jahiliyah beliau juga ditunjuk sebagai pengadil. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ali, bahwa Abu Jahl pernah berkata kepada beliau, “Kami tidak mendustakan apa yang engkau bawa.” Karena itu kemudian Allah menurunkan ayat tentang orang-orang yang mendustakan itu.

فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِئَايَاتِ اللهِ يَجْحَدُونَ

“Mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am: 33)

Heraklius mengajukan pertanyaan kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduhnya dusta sebelum mengatakan apa yang dia katakan?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling tawadhu’ (rendah hati) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka. Aisyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya (sandal), menjahit bajunya, melaksanakan pekerjaan dengan tangannya sendiri, seperti yang dilakukan salah seorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya, dan membereskan urusannya sendiri.”

Beliau adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaknya, paling jauh dari akhlak yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian dan menganjurkan kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk, bukan termasuk orang yang suka membuat hiruk pikuk di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa tetapi memaafkan dan lapang dada, tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak mengungguli hamba sayaha dan pembantunya dalam masalah makan dan pakaian, membantu orang yang justru seharusnya membantu beliau, tidak pernah membentak pembantunya yang tidak beres atau tidak mau melaksanakan perintahnya, mencintai orang-orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, tidak mencela orang miskin karena kemiskinannya.

Dalam sebuah perjalanan, beliau memerintahkan untuk menyembelih seekor domba. Seseorang berkata, “Akulah yang akan menyembelihnya.” Yang lain berkata, “Akulah yang akan mengulitinya.” Yang lain berkata, “Akulah yang akan memasaknya.” Lalu beliau bersabda, “Akulah yang akan mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Kami akan mencukupkan bagi engkau.”

Beliau bersabda, “Aku sudah tahu kalian akan mencukupkan bagiku. Tetapi aku tidak suka berbeda dari kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai hamba-Nya yang berbeda di tengah-tengah rekan-rekannya. Setelah itu beliau bangkit lalu mengumpulkan kayu bakar.”

Kita beri kesempatan kepada Hindun bin Abu Halah untuk menggambarkan sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti tampak berduka, terus menerus berpikir, tidak punya waktu untuk istirahat, tidak berbicara jika tidak perlu, lebih banyak diam, memulai dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnya dan tidak dengan ujung-ujungnya saja, berbicara dengan menggunakan kata-kata yang luas maknanya, terinci tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan nada yang sedang-sedang, tidak terlalu keras dan tidak terlau pelan, mengagungkan nikmat sekalipun kecil, tidak mencela sesuatu, tidak pernah mencela rasa makanan dan tidak terlalu memujinya, tidak terpancing untuk cepat-cepat marah jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, tidak marah untuk kepentingan dirinya, lapang dada, jika memberi isyarat beliau memberi isyarat dengan seluruh telapak tangannya, jika sedang kagum beliau dapat membalik kekagumannya, jika sedang marah beliau berpaling dan tampak semakin tua, jika sedang gembira beliau menundukkan pandangan matanya. Tawanya cukup dengan senyuman, yang senyumnya mirip dengan butir-butir salju.

Beliau menahan lidahnya kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan para sahabat dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang-orang yang memang dihormati di setiap kaum dan memberikan kekuasaan kepadanya atas kaumnya, memperingatkan manusia, bersikap waspada terhadap mereka, tanpa menyembunyikan kabar gembira yang memang harus diberitahukan kepada mereka.

Beliau mengawasi para sahabat, menanyakan apa yang terjadi di antara manusia, membaguskan yang bagus dan membenarkannya, memburukkan yang buruk dan melemahkannya, sederhana dan tidak macam-macam, tidak lalai karena takut jika mereka lalai dan bosan, setiap keadaan bagi beliau adalah normal, tidak kikir terhadap kebenaran, tidak berlebih-lebihan kepada orang lain, berbuat lemah lembut kepada orang yang paling baik. Orang yang paling baik di mata beliau adalah orang yang paling banyak nasihatnya, dan orang yang paling besar kedudukannya di mata beliau adalah orang yang paling baik perhatian dan pertolongannya.

Beliau tidak duduk dan tidak bangkit kecuali dengan dzikir, tidak membatasi berbagai tempat dan memilih tempat yang khusus bagi beliau, jika tiba di suatu pertemuan beberapa orang, beliau duduk di tempat yang paling akhir di dalam pertemuan itu dan beliau memerintahkan yang demikian itu, memberikan tempat kepada setiap orang yang hadir dalam pertemuan beliau sehingga tidak ada orang yang hadir di situ bahwa seseorang merasa lebih terhormat dari beliau. Siapa pun yang duduk bersama beliau atau mengajaknya bangkit untuk keperluan, maka dengan sabar beliau melayaninya sehingga orang itulah yang beranjak dari hadapan beliau. Siapa pun yang meminta suatu keperluan, maka beliau tidak pernah menolaknya. Beliau selalu membuka diri kepada manusia, sehingga beliau layaknya bapak bagi mereka. Mereka selalu berdekatan dengan beliau dalam masalah kebenaran, menjadi utama di sisinya karena takwa. Majelisnya adalah majelis yang dipenuhi kemurahan hati, malu, sabar, dan amanat, tidak ada suara yang melengking, tidak dikhawatirkan ada pelanggaran terhadap kehormatan, mereka saling bersimpati dalam masalah ketakwaan, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menolong orang yang membutuhkan pertolongan, dan mengasihi orang asing.

Beliau senantiasa gembira, murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras, tidak suka mengutuk, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka memuji, pura-pura lalai terhadap sesuatu yang tidak menarik dan tidak tunduk kepadanya, meninggalkan tiga perkara dari dirinya: riya, banyak bicara, dan membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Beliau meninggalkan manusia dari tiga perkara: tidak mencela seseorang, tidak menghinanya, dan tidak mencari-cari kesalahannya. Beliau tidak berbicara kecuali dalam hal-hal yang beliau mengharapkan pahalanya. Jika beliau berbicara, orang-orang yang hadir di majelisnya diam, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Jika beliau diam, maka mereka baru bicara. Mereka tidak berdebat di hadapan beliau. Jika ada seseorang berbicara saat beliau berbicara, mereka menyuruhnya diam sehingga beliau selesai berbicara. Beliau tersenyum jika ada sesuatu yang membuat mereka tersenyum, mengagumi sesuatu yang membuat mereka kagum, sabar mengahadapi kekasaran orang asing. Beliau bersabda, ‘Jika kalian melihat orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, maka bantulah ia.’ Beliau tidak mencari pujian kecuali dari orang yang memang pantas.”

Kharijah binti Zaid berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling mulia di dalam majelisnya, hampir tidak ada yang keluar dari pinggir bibirnya. Beliau lebih banyak diam, tidak berbicara yang tidak diperlukan, berpaling dari orang yang berbicara dengan cara yang tidak baik. Tawanya berupa senyuman, perkataannya terinci, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Para sahabat tertawa jika beliau tersenyum, karena mereka hormat dan mengikuti beliau.”

Secara umum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari tandingannya. Allah membimbing dan membaguskan bimbingan-Nya sampai-sampai Allah berfirman terhadap beliau seraya memuji beliau,

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam: 4)

Sifat-sifat yang sempurna inilah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau, menempatkan beliau sebagai pimpinan yang menjadi tumpuan harapan hati. Bahkan orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut, hingga akhirnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong.

Sifat-sifat yang sudah disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Hakikat sebenarnya yang menggambarkan sifat dan ciri-ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara persis hingga detil-detilnya. Adakah orang yang mengaku bisa mengetahui hakikat diri manusia yang paling sempurna dan mendapat cahaya Rabbnya sehingga akhlaknya pun adalah Alquran?

Ya Allah, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana engkau merahmati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2 2009

Pagar dan Paku

pagar dan paku
Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. "Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. "Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf luka itu akan tetap ada. DAN luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik."

Memang sebuah permintaan maaf bisa mengobati banyak hal. Namun agaknya kita juga harus mengingat bahwa semua itu tak akan ada artinya saat kita mengulangi kesalahan itu kembali.

Cerita ini adalah sebuah tamsil, sebuah amsal, sebuah ibarat dan sebuah wira-kisah. Berbuat kesalahan memang wajar namun ia juga mengajarkan menghindarinya adalah hal lain yang bisa kita lakukan.

Kisah Kopi dan Cangkir

kopi dan cangkir
Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah mereka dulu.
Melihat para alumni tersebut ramai-ramai membicarakan kesuksesan mereka, guru tersebut segera ke dapur dan mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda-beda.
Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.
Guru tersebut menyuruh para alumni untuk mengambil cangkir & mengisinya dengan kopi.
Setelah masing-masing alumni sudah mengisi cangkirnya dengan kopi, guru berkata ;
"Perhatikanlah bahwa kalian semua memilih cangkir yang bagus dan kini yang tersisa hanyalah cangkir yang murah dan tidak menarik."
"Memilih hal yang terbaik adalah wajar & manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus perasaan kalian mulai terganggu. Kalian secara otomatis melihat cangkir yang dipegang orang lain & mulai membandingkannya. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya."
Hidup kita seperti kopi dalam analogi tsb di atas, sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kita miliki.
Pesan moralnya, jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yang kita nikmati.
Cangkir bukanlah yang utama, kualitas kopi itulah yang terpenting.
Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus & pekerjaan yang mapan merupakan jaminan kebahagian. Itu konsep yang sangat keliru.
Kualitas hidup kita ditentukan oleh "Apa yang ada di dalam" bukan "Apa yang kelihatan dari luar".
Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan kebahagian di dalam kehidupan kita ?
Itu sangat menyedihkan, karena itu sama saja seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal.
"Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.".....
Selamat menikmati secangkir kopi
Kiriman dari seorang sahabat

Juara

juara
Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun Mark bangga dengan itu semua, sebab mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan telah siap 4 mobil dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Lalu semenit kemudian ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dor!!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo.. ayo... cepat.. cepat, maju.. maju", begitu teriak mereka.

Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku hanya bermohon pada Tuhan supaya aku tak menangis jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya. Namun Mark bermohon pada Tuhan agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa agar diberikan kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan utuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin Tuhan memberikan kita ujian yang berat bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.

Jadi, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua.

Belajar Dari Kisah Elang

elang
ELANG merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan saat terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan. Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan. Suatu proses transformasi yang panjang nya selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.

Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu.

Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan Andalah sang penguasa atas diri Anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu. Perubahan pasti terjadi.

Benarkah Wanita yang Baik Untuk Laki-Laki yang Baik

wanita
Tulisan ini berawal dari sebuah pertanyaan dari seorang teman, apakah benar laki-laki yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik juga? Sebagaimana Al-Quran telah menyebutkan hal itu dalam surat An-Nur ayat 26:

"Wanita-wanita yang keji untuk para pria yang keji, dan pria yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji, dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik"

Yang baik untuk yang baik pula??
Yang jadi pertanyaan besar adalah seolah ayat ini bertentangan dengan kenyataan yang bisa kita lihat dalam jejak rekam sejarah. Misalnya kita tahu bahwa Fir’aun yang menjadi musuh Nabi Musa as adalah manusia yang paling jahat di muka bumi pada masa itu, Al-Quran sendiri dalam banyak ayat mengabadikan bagaimana sombongnya Fir’aun, kezhalimannya sangat diluar batas, dia juga tidak segan mengaku sebagai Tuhan dan memerintahkan manusia untuk menyembahnya.

Semua anak laki-laki dia bunuh karena ada ramalan yang menyebutkan kelak akan datang seorang anak laki-laki yang menjadi musuh utama dan yang akan menghancurkannya. Tapi di sisi lain, Al-Quran juga merekam sifat-sifat mulia dari istri Fir’aun, yaitu ‘Asyiyyah. Beliau adalah seorang istri shalihah. Coba kita perhatikan Al-Quran surat At-Tahrim ayat 11:

"Dan Allah membuat istri Fir’aun menjadi perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, waktu dia berkata: Wahai Tuhanku, dirikanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga firdaus & selamatkan aku dari Fir’aun dan juga perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum-kaum yang zhalim."

Fir’aun yang zhalim beristrikan Asyiyyah yang shalihah. Apakah ini tidak bertentangan? Kita juga tahu dalam kisah Nabi Luth as dijelaskan bahwa Beliau adalah seorang Nabi yang mulia, tak berhenti berdakwah untuk mengajarkan tauhid pada kaumnya. Tapi bagaimana dengan istri Nabi Luth sendiri? Dia termasuk istri yang tidak baik dan akhirnya termasuk diantara umat Nabi Luth as yang mendapatkan adzab-Nya. Apakah ini tidak bertentangan dengan surat An-Nur ayat 26 diatas?

Dalam Al-Quran juga terdapat kisah Nabi Nuh as yang dikenal umat Islam termasuk dalam ulul azmi, yaitu Nabi yang sangat sabar menghadapi umatnya. Perjuangan Nabi Nuh diceritakan Allah dalam surat yang diberi nama dengan nama Beliau sendiri, yaitu surat Nuh.

Bagaimana dengan istri Nabi Nuh sendiri? Istri Nabi Nuh bukan hanya tidak menghormati dan menghargai suami, tapi juga menolak ajaran tauhid yang dibawa suaminya sendiri, bersama anaknya yang bernama Kan’an mereka tenggelam dalam air bah yang menjadi adzab Allah bagi kaum Nabi Nuh as. Mereka tidak ikut bersama orang-orang yang selamat naik dalam bahtera Nabi Nuh. Nabi Nuh dan istrinya merupakan pasangan yang shalih dan tidak shalihah. Jika pria yang baik untuk wanita yang baik saja, bukankah itu seperti bertentangan?

Allah menjadikan istri Nuh dan istri Luth sebagai contoh bagi orang-orang yang kafir. Keduanya berada di dalam pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami, kemudian kedua istri itu berkhianat kepada suami meraka, maka para suaminya tidak bisa menolong mereka sedikitpun dari adzab Allah, dan dikatakan (pada keduanya): Masuklah ke dalam neraka jahannam bersama orang-orang yang masuk ke dalam (neraka jahannam).

Kadang orang baik dapat pasangan yang buruk

Jika laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik, kenapa Al-Quran menyebutkan bahwa kelak diakhirat ada istri-istri orang yang beriman yang menjadi musuh? Mereka menghujat suaminya dan hendak menjerumuskannya kedalam Neraka. Ini berarti ada laki-laki beriman yang mempunyai istri yang buruk. Coba perhatikan Al-Quran surat At-Taghabun ayat 14.

"Hai orang-orang beriman, sungguh diantara para istri dan anak-anakmu ada yang jadi musuhmu, maka berhati-hatilah terhadap mereka dan apabila kamu memaafkan, tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sungguh Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."

Masih belum cukup? Perhatikan orang-orang disekeliling Anda. Apakah Anda menemukan pasangan seperti ini? Kadang ada laki-laki yang baik dan sholeh tapi istrinya tidak taat suami, atau sebaliknya seorang istri yang setia dan shalihah tapi sang suami sangat buruk akhlaknya.

Jadi bagaimana dengan surat An-Nur ayat 26 tersebut? Jika difahami secara harfiah tentu kita akan memahaminya sebagaimana adanya. Tapi sebenarnya jika kita lihat asbabun nuzul (sebab turun) ayat tersebut, kita akan faham bahwa yang dimaksud laki-laki baik dan wanita baik dalam ayat tersebut adalah Rasulullah dan ‘Aisyah, jelas ini merupakan pasangan serasi, suami yang baik dengan istri yang baik. Lihat Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim karya Imam Ibn Katsir dalam menafsiri ayat ini.

Al-Quran surat An-Nur ayat 26 ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian Sayyidah ‘Aisyah dan Shafwan bin al-Mu’attal dari semua tuduhan yang ditujukan kepada mereka kala itu. Ceritanya dalam sebuah perjalanan sepulangnya dari penaklukan Bani Musthaliq, Tanpa sengaja Sayyidah ‘Aisyah terpisah dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian bertemu dengan Shafwan diantarkan pulang oleh Shafwan juga yang sama-sama tertinggal dari rombongan karena sudah menyelesaikan urusannya terlebih dahulu.

Akhirnya Sayyidah ‘Aisyah pulang dikawal oleh Shafwan dengan naik untanya masing-masing hingga sampai ke Madinah. Golongan Yahudi dan orang-orang munafik melihat peristiwa ini sebagai kesempatan untuk menghembuskan fitnah perselingkuhan.

Saat itu kaum muslimin pun ada yang pro dan yang kontra menanggapi isu tersebut. Sikap Nabi juga jadi berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh kepada ‘Aisyah untuk segera bertaubat atas apa yang telah terjadi. Namun Sayyidah ‘Aisyah tentu tidak mau bertaubat karena merasa tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan kaum munafik kepadanya, ‘Aisyah hanya menangis dan berdo’a agar Allah menunjukkan fakta yang sebenarnya. Allah menjawab do’a Aisyah dengan menurunkan surat An-Nur ayat 26 ini.

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah wanita yang jahat hanya pantas berdampingan bagi laki-laki yang jahat pula dan begitupun sebaliknya. demikian pula dengan wanita yang baik hanya pantas berdampingan dengan laki-laki yang baik pula dan begitupun sebaliknya. Bukan berarti laki-laki yang baik PASTI akan mendapatkan wanita yang baik atau sebaliknya.

Ayat ini justru merupakan anjuran bagi setiap muslim untuk berhati-hati dalam memilih pasangannya agar memilih calon suami yang baik dan juga bagi para pria untuk memilih calon istri yang baik pula. Allah A’lam

Kisah Karakter Mulia Maryam

maryam
Maryam adalah sosok panutan semua Muslimah karena mempertahankan karakternya tanpa cela di sepanjang hidupnya. Allah membesarkannya bagai tanaman yang indah, untuk memberikan ekspresi Al Quran, dan memberikannya tanggung jawab yang sangat penting. Allah memilihnya, sama seperti Dia memilih keluarga Imran, menjadikan Maryam salah satu orang dalam garis keturunan orang-orang yang paling saleh dan setia, dan ia dibesarkan oleh orang-orang saleh ini.

Lalu Allah memberikannya karakter Nabi terpilih dan mulia dengan mempercayakan pendidikannya pada Nabi Zakaria (as). Saat Maryam beranjak dewasa, Allah mulai menunjukkan mukjizat-Nya, dan dia melihat dengan jelas anugrah, perlindungan, dan rahmat-Nya atas dirinya. Salah satu contoh dukungan dan anugrah dari Allah untuk dirinya adalah dia selalu menemukan makanan di altar setiap kali dia berdoa kepada-Nya. Selanjutnya, Allah memperkenalkan kepadanya Malaikat Jibril yang memberitahukannya tentang rahmat Allah padanya dengan kata-katanya sendiri.

Maryam menunjukkan ketaatan dan kesetiaannya yang sungguh-sungguh kepada Allah melalui kebajikan dan tingkah lakunya yang tanpa cela. Dia juga mengekspresikan ketaatannya yang dalam dan sungguh-sungguh kepadaNya melalui tekad, pengabdian, dan kepasrahan penuh atas kehendak-Nya.

Sendiri di saat-saat yang sangat sulit adalah ujian berat baginya, karena tidak ada satu pun bantuan, dukungan, atau tuntunan untuknya. Biasanya, orang-orang yang kesepian menyerah pada ketidakberdayaan dan kesedihan. Namun tidak bagi Maryam, dia menyerahkan semua harapan dan keyakinannya hanya pada Allah.

Dia terus mencari bantuan-Nya dan tahu bahwa yang dia butuhkan hanyalah mematuhi perintah-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya. Dia tidak pernah menyerah pada ketidakberdayaan dan depresi, seberapa sulit cobaan yang dialaminya, karena dia telah menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah akan mengubah semua kesengsaraan menjadi kebaikan dan mengakhiri kesulitan dengan cara yang terbaik. Dan dengan segala kesulitan, Allah memberikannya solusi, mendukungnya dengan anugrah dan bantuan, serta mengubah semua kesulitan menjadi kebaikan dan keindahan.

Ketiadaan pengalaman juga merupakan aspek penting dalam ujian yang dihadapinya. Dia hamil dan melahirkan anaknya seorang diri. Benar-benar sendiri dan tidak tahu harus berbuat apa, dia melawan pesimisme dan menunjukkan kekuatan, tekad, dan ketabahan yang besar. Selain itu, dia memiliki karakteristik ketenangan dari mereka yang tahu bahwa Allah mendukung mereka dengan anugrah yang paling sempurna, sehingga Allah meringankan bebannya dan membantunya menuju keberhasilan.

Tanda lain karakter mulia Maryam adalah kesabaran yang dia tunjukkan ketika menjalani tanggung jawabnya yang begitu berat. Orang-orang kafir di sekelilingnya menguji kesabarannya dengan menggagalkan pemahaman atas posisi tinggi dan terhormatnya, dan memandangnya berdasarkan pengetahuan yang menyesatkan, menuduhnya atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya. Di sini juga, dia menunjukkan kesabaran dan keyakinan penuhnya pada Allah. Dia tidak berkompromi dengan kekuatan, tekad, dan integritasnya. Dia mengetahui dengan baik bahwa Allah mengendalikan segalanya dan akhirnya membuktikan bahwa dia tidak bersalah.
Ciri karakter lain yang terlihat adalah ia tidak berminat untuk memenangkan penerimaan orang. Dia memasrahkan kepada Allah dengan keyakinan yang murni, dan karenanya tidak terpengaruh oleh tuduhan dan komentar mereka. Memberinya keyakinan dan ketaatan, segala usaha yang dilakukannya adalah untuk berperilaku dalam cara yang akan mendatangkan keridaan Allah. Sebagai hasilnya, Allah menganugrahinya dengan rahmat.

Ada dua cara untuk menyampaikan karakter baik seseorang kepada orang lain: melalui kata-kata, dan melalui perilaku moral. Cara kedua lebih efektif dan bernilai, karena ini merupakan cara yang sesungguhnya dan tidak dapat ditiru. Kehidupan dan tingkah laku seseorang dapat mencerminkan keyakinan seseorang hanya jika ini benar-benar hidup di dalam hatinya.

Maryam menunjukkan moralitas mulia ini dan menjadi panutan serta ajakan hidup untuk beragama melalui keyakinan, tingkah laku dan karakternya. Panggilannya yang sungguh-sungguh adalah jawaban dalam kemungkinan cara terbaik, kehendak Allah. Keyakinan orang-orang beriman terus mendalam karena mereka mengikuti Maryam sebagai contoh dan mencoba untuk meniru karakternya.

Cara Menjadi Bidadari Dunia Dan Akherat

bidadari
Dalam islam kita telah diajarkan berbagai macam tata cara berkehidupan yang baik dan benar sehingga bisa mendatangkan rahmat dan hidyah dari allah s.w.t, salah satunya untuk kaum hawa. dan saya akan membagikan hal-hal yang bisa mendatangkan rahmat dan hidayah ketika anda sudah berkeluarga terutama kau hawa. Berikut tata cara agar bisa menjadi bidadari dunia dan akherat :

1. Segera menyahut dan hadir apabila diajak utk berhubungan.

2. Tidak membantah perintah suami selagi tidak bertentangan dgn syariat.

3. Tidak bermasam muka terhadap suami.

4. Senantiasa berusaha memilih perkataan yg terbaik ketika berbicara.

5. Tidak memerintahkan suami utk mengerjakan pekerjaan wanita.

6. Keluar rumah hanya dgn izin suami.

7. Berhias hanya untuk suami.

8. Tidak memasukkan orang ke dalam rumah tanpa seijin suami.

9. Menjaga waktu makan dan waktu istirahat suami.

10. Menghormati mertua serta kerabat keluarga suami. Terutama ibu mertua.

11. Berusaha menenangkan hati suami jika suami galau.

12. Segera minta ma’af jika melakukan kesalahan kpd suami.

13. Mencium tangan suami tatkala datang dan pergi.

14. Mau diajak oleh suami utk sholat malam, dan mengajak suami utk sholat malam.

15. Tidak menyebarkan rahasia keluarga terlebih lagi rahasia ranjang!!

16. Tidak membentak atau mengeraskan suara di hadapan suami.

17. Berusaha untuk bersifat qona’ah (nerimo) sehingga tidak banyak menuntut harta kpd suami.

18. Sedih dan bergembira bersama suami dan berusaha pandai mengikuti suasana hatinya.

19. Perhatian akan penampilan, jangan sampai terlihat dan tercium oleh suami sesuatu yg tidak disukainya.

20. Berusaha mengatur uang suami dan tidak boros.

21. Tidak menceritakan kecantikan dan sifat-sifat wanita lain kpd suaminya.

22. Berusaha menasehati suami dgn baik tatkala suami terjerumus dlm kemaksiatan, bukan malah ikut-ikutan.

23. Menjaga pandangan dan tidak suka membanding-bandingkan suami dgn para lelaki lain.

24. Lebih suka menetap di rumah, dan tidak suka sering keluar rumah.

25. Jika suami melakukan kesalahan maka tidak melupakan kebaikan-kebaikan suami selama ini. Krn ini sebab terbesar wanita masuk neraka.

Semoga yang mengucapkan Aamiin di kolom komentar masuk surga firdaus bersama para Nabi dan Rasul beserta para bidadari/a di sana.

Aamiin...
 
© 2009 Dulhe | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan